Linguistik

Review Buku 
"Introduction to Discourse Studies
by Jan Renkema

Wacana adalah tindakan nyata dalam peristiwa komunikasi dengan menggunakan bahasa sebagai alatnya. Wacana dapat berbentuk tuturan, tulisan,  maupun tanda. Karena wacana adalah sebuah peristiwa komunikasi, maka wacana sebagaimana yang dikatakan Renkema adalah sebuah tindakan. Hal ini bisa kita lihat dalam model organon yang dicetuskan oleh Karl Bühler. Dalam model Organon tanda linguistik berfungsi secara terpadu. Tanda yang berfungsi sebagai symptom adalah sesuatu yang dikatakan oleh penutur, kedua adalah tanda yang berfungsi sebagai symbol karena mengacu pada objek, dan tanda ketiga adalah signal karena penerima harus menginterpretasi dan bereaksi sesuai apa yang telah dikatakan penutur. Wacana dapat dikatakan sebagai produk, yaitu hasil pemakai bahasa mengungkapkan apa pikiran atau perasaannya. Wacana juga dapat disebut proses karena wacana adalah pengungkapan pikiran atau perasaan oleh pemakain bahasa. Kajian wacana mewadahi itu semua.
Menurut Johstone kajian wacana mempunyai banyak kegunaaan. Kajian Wacana menjelaskan bagaimana suatu makna dapat disampaikan melalui penyusunan bagian- bagian informasi yang disampaikan dalam bentuk susunan kalimat atau melalui detail bagiaman penutur dan mitra tutur memamhami dan merespon percakapan. Kajian wacana juga menjelaskan tentang bagaimana penutur dapat menyampaikan maksud semantiknya dan bagaimana pendengar menginterpretasikan apa yang didengarnya. Dalam kajian wacana, wacana yang dikaji biasa disebut sebagai “teks.” Teks dapat berupa tulisan maupun non tulisan. 

Analisis wacana merupakan metodologi yang dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan yang seringkali muncul dalam lintas disiplin ilmu. Analisis wacana menggunakan struktur teks yang berkaitan dengan konteks. Hasil analisis wacana berbentuk deskripsi, tetapi deskripsi bukanlah tujuan akhir dari analisis wacana ini. Analisis wacana menggunakan teks untuk memahami konteks. Menurut Renkema dalam analisis  struktur wacana terdapat proposisi, topik-komen, makrostruktur, dan suprastruktur.
Proposisi merujuk pada makna sederhana dan asertif. Asertif bermakna bawah proposisi tidak dipengaruhi oleh bentuk kalimat sedangkan sederhana bermakna unit makna minimal yang mempunyai satu proposisi atau lebih. Sebagai contoh:
Muatan Berbau Pornografi Bertebaran di Naskah Pelajaran Sekolah Dasar.
(tebar)pred (muatan)arg (bau) pred (pornografi)arg (0)pred (naskah pelajaran sekolah dasar)arg.

Proposisi terdiri atas satu inti proposisi dan satu argument atau lebih.  Elemen proposisi tidak sama dengan kata tetapi dapat di frasakan dengan cara yang berbeda oleh karena itu proposisi ditulis menggunakan huruf kecil. Proposisi satu dengan yang lain saling berhubungan dimana proposisi pertama mengandung proposisi selanjutnya.
Topik  adalah apa yang mengacu tentang wacana, fragmen wacana atau kalimat sedangkan komen apa yang dinyatakan tentang topik. Struktur kalimat yang sama dapat mempunyai topik yang berbeda. Topik-komen berbeda dengan tema. Tema adalah apa yang dibicarakan dalam situasi given dan seringkali sebagai subyek kalimat sedangkan ‘rema’ apa yang dikatakan tentang tema yang seringkali menempati posisi sebagai predikat kalimat.  Berbeda dengan tema topik tidak selalu menampati posisi subyek dan tidak selalu muncul lebih dahulu. Perhatikan contoh berikut:
Muncul LKS porno, Kemendikbud perketat pengawasan

            Dari contoh diatas dapat dipahami bahwa topik adalah ‘Kemendikbud perketat pengawasan’. Kecendrungan topik berupa subyek, seperti dalam contoh subyek Mendikbud menepati posisi sebagai topik. Topik juga tidak selalu merupakan informasi latar belakang (background) tetapi juga bisa berupa informasi baru. Seperti contoh kalimat di atas, informasi lama adalah ‘Munculnya LKS porno’, tetapi yang menjadi topik disini adalah ‘Kemendikbud perketat pengawasan’.
            Renkema juga mengenalkan pemidahan topik ke kiri dan ke kanan untuk tujuan toipikalisasi. Topikalisasi ini dapat mengubah unsur kalimat gramatikalisasi. Contohnya: ‘Muncul LKS porno, Kemendikbud perketat pengawasan’. Topik ini mengalami pemindahan tempat topik ke kanan.
Analisis struktur wacana juga menganalisis makrostruktur. Struktur makro adalah makna global atau umum dari sebuah teks yang dapat dipahami dengan melihat topik dari sebuah teks. Makrostruktur menjadi pembentuk koherensi wacana yang merupakan rangkuman dari topik-topik yang ditampilkan dalam wacana. Dalam makrostruktur kerangka acuan yang digunakan lebih kecil terbatas hanya pada teks itu sendiri daripada universe of discourse. Menurut Renkema, makrostruktur mempunyai tiga aturan makro yaitu; ‘deleting’ aturan penghapusan yang menghilangkan proposisi yang tidak relevan. Generalisasi adalah aturan yang merubah proposisi yang khusus menjadi proposisi yang umum, dan ‘construction’ aturan yang menyususn satu proposisi dari sejumlah proposisi yang ada.
Superstruktur merupakan kerangka dasar sebuah teks yang meliputi susunan atau rangkaian struktur atau elemen sebuah teks dalam membentuk satu kesatuan bentuk yang koheren.  Suprakstruktur merupakan bentuk global isi makrostruktur wacana. Perbedaan antara makrostruktur dan suprakstruktur adalah makrostruktur menyangkut isi sedangkan suprastruktur menyangkut bentuk. Dalam sebuah iklan superstruktur merupakan struktur pembentuk iklan yang meliputi headline, illustration(s), body copy, signature line (logo), dan standing details.
Analisis wacana adalah analisis hubungan antara struktur pembentuk teks secara tekstual dengan aspek kontekstualnya (lingkungan sekitarnya / praktek sosial masyarakat). Menurut Renkema ada enam konsep yang terkait dengan konteks (Renkema: 2004: 95) yaitu: deiksis, pemanggungan (staging), perspektif, given-new information, pranggapan, dan inferences.
Kajian deiksis diinspirasi oleh Karl Bühler yang mengembangkan model organon dalam dua medan bahasa. Medan deiktis (das Ziegffeld) : persona, ruang, waktu, yang mempunya acuan yang tergantung pada penuturnya/penulis. Deiksis merupakan kata-kata yang mempunyai kata acuan yang berbeda tergantung situasi. Deiksis persona digunakan pada prononomina persona dan deiksis tempat mengacu tempat dari titik fokus penutur. Medan simbolik (das Symbolfeld) mempunya acuan tetap/ tidak tergantung pada situasi.
Siang ini, di sebuah restoran cepat saji di kawasan Kemang. Acara ulang tahun berlangsung meriah dengan canda dan tawa anak-anak.

            Contoh diatas mempunyai medan deiktis yang merujuk pada persona, ruang, waktu pada penuturnya dan tidak bersifat tetap. Waktu siang dan pada sebuah restoran cepat saji di kawasan Kemang adalah tempat dan waktu menurut acuan penuturnya.
Pemanggungan (staging) adalah bagaimana menunjukkan sesuatu dalam sebuah panggung. Mana yang lebih dipentingkan dalam sebuah wacana dan mana yang menjadi unsur pendukung. Sebuah elemen dipentingkan atau dibelakangkan dalam sebuah wacana. Foreground-background (latar depan dan latar belakang): pementingan unsur wacana yang menjadi inti informasi yang akan disampaikan.
A.         Mendikbud meminta maaf terkait masalah pornografi
B.         Terkait masalah pornografi, Mendikbud yang meminta maaf.
Kalimat A dan B mempunyai penekanan yang berbeda dan posisi yang berbeda. Pada kalimat B terdapat penekanan ‘Mendikbud yang meminta maaf’ sebagai akibat dari masalah pornografi, sedangkan kalimat A memiliki penekanan yang berbeda. Konsep pemanggungn diatas menggunakan tekanan dan posisi unsur wacana. Prinsip head-tail (kepala-ekor) yang bermakna bahwa semakin dekat dengan kepala (kiri/ekor) makan informasi tersebut akan semakin penting.
Persepketif dalam wacana adalah informasi dalam wacana dapat disajikan dengan beragam perspektif yang berbeda. Satu informasi mempunyai penekanan yang berbeda tergantung pada perspektif yang digunakan.  Vision adalah  perspektif ideology yang dapat berupa sistem kaidah dan nilai dalam hubungan sosial. Foculization mengacu pada maksud fokus wacana akan diarahkan kemana. Focalization mengacu pada sudut pandang  yang akan mempunyai sensasi makna yang berbeda. Emphaty mendeskripsikan bagaimana kedekatan penutur atau penulis dengan obyek, penutur dengan sesuatu yang dibicarakan.
Kasus LKS porno bukan sebuah kebetulan
Kasus LKS bukan unsur kesengajaan, tidak perlu dibesar-besarkan.

Given-new management merupakan Infromasi yang ditunjukkan akan menjadi informasi lama-informasi baru. Informasi mana yang akan ditunjukkan atau dipentingkan dalam sebuah wacana. Terkadang tidak ada batas yang tegas antara informasi lama dan informasi baru. Contohnya;
            Saya membeli baju. Warnanya sangat feminism.
Pranggapan merupakan informasi yang tidak dinyatakan secara eksplisit dalam kalimat atau tuturan namun terkdandung di dalam kalimat. Sebuah kalimat mempunyai prior discourse seperti yang dikatakan oleh John Stone bahwa setiap tuturan atau tulisan mengadung informasi pengetahuan sebelumnya. Lihat contoh di bawah ini,
Istri pejabat itu cantik sekali
Berpranggapan : pejabat itu mempunyai istri

Inferences merupakan kumpulan informasi yang tersirat yang dapat dimunculkan dalam sebuah wacana. Kata “inferre” sendiri artinya makna yang dibawa, biasanya digunakan untuk menunjukkan informasi dan pengetahuan yang digunakan untuk memahami sebuah informasi. Dalam inferences terdapat empat bahasan menurut Renkema, yaitu perikutan, Implikatur konvensional, implikatur percakapan, dan konotasi. Perikutan adalah makna yang diambil dari makna logis. Contohnya;
Ani membeli bayam
(perikutan: ani membeli sayur)

Implikatur percakapan merupakan makna implikatur yang sudah disepakati. Misalnya
           
      Dia berdarah Bali, dia pemberani
Jika implikatur percakapan adalah makna secara konvensional sedangkan implikatur percakapan diambil dari teori Grice yang menggunakan maksim kerjasama untuk menganalisis sebuah percakapan. Contohnya;
            A:  Kapan ibu datang?
            B:  Ibu lagi sakit

Percakapan diatas dapat dipahami keduanya, namun menurut Grice melanggar prinsip kerjasama dalam sebuah percakapan karena keduanya tidak memenuhi maksim relevan karena jawaban B tidak memenuhi prinsip maksim itu. Sedangkan konotasi adalah makna yang ditimbulkan karena nilai rasa tertentu.
           

Daftar Pustaka

Renkema, Jan. 2004. Introduction to Discourse Studies. Edisi Kedua. Amsterdam/Philadelphia: John Benjamins Publishing Company.

Johnstone, Barbara. 2002. Discourse Analysis. Massachusetts: Blackwell Publishers.

Comments

Popular posts from this blog

Visiting Nami Island, South Korea 2018

the Asiatique Riverfront, Bangkok 2017

Soyanggang Sky Walk, Korea 2018