Mengunjungi Istana Nurul Iman, Brunei Darrusalam



Kalo menyebut Negara Brunei Darussalam pastinya ingat Sultan yang memimpin negara ini, Sultan Hassanal Bolkiah. Negara Brunei menjadi salah satu negara dengan sistem monarki yang masih eksis hingga kini. Negara ini kaya raya, adem ayem, tenang, tidak ada demo, semua rakyat patuh pada sang Raja. Ketika saya landed di bandara internasional atau dalam bahasa Melayu Brunei disebut dengan Lapangan Terbang Antar Bangsa, Brunei International Airport serasa tidak sesibuk bandara Soekarno Hatta ataupun Changi Airport. Suasana imigrasi lengang dan tidak banyak aktivitas. Maklum, negara ini tengah berbenah untuk menjadi salah satu tujuan wisata. salah satu hal positif dari kekuasaan absolut adalah sandang, pangan, dan papan akan dipikirkan oleh pemerintah. Urusan pendidikan, kesehatan, dan lansia benar benar ditanggung oleh kerajaan. Namun, tidak berlaku akan kebebasan perpendapat di muka umum apalagi menghina sang raja. Bedanya dengan negara demokrasi, bebas berpendapat, berkelompok, dan mengkritik kebijakan pemerintah tetapi urusan perut, kesehatan, dan pendidikan sepenuhnya menjadi tanggung jawab personal? pilih mana?

Sebelum sampai ke negeri ini, saya sudah sering stalking IG Royal Brunei, curious ajah sih dengan keluarga kerajaan hehehe apalagi Sang Raja Sultan Hassanal Bolkiah kok ga tua tua sih, dari zaman saya SD kalo ditanya sipa Raja Brunei jawabannya Sultan itu dan sampai sekarang udah beranak 2 tetap sama. Luar biasa yah kekuasaan absolut kalo di negara itu. Karisma seorang raja ini tidak lekang dimakan zaman. Masih ganteng heehehe..karismatik..hehehe






Negara Brunei dan Negara Malaysia ini tidak dapat dipisahkan, mulai dari sistem keraajan, penyebutan gelar kerajaan, bahasa, maupun makanan sama. Sebagai pemerhati bahasa, saya kadang mempelajari sistem gelar yang ada di kedua negara. KDYMM adalah sebutan kepada raja dan ratu, kepanjangan dari Kebawah Duli Yang Maha Mulia. DYMM, Duli Yang Maha Mulia adalah sebutan kepada anggota kerajaan, anak kandung raja. Istilah ini juga sama digunakan oleh kerajaan Malaysia. Bedanya Malaysia dipimpin oleh perdana menteri yang menjalankan roda pemerintahan. Sedangkan, Brunei roda pemerintahan dipimpin langsung oleh Raja. Nah, berapa sih isteri Sultan Brunei, kalo melihat Wikipedia sih, Sultan Brunei saat ini hanya memiliki satu istri yang menjadi ratu utama yang bergelar Raja Isteri Hajah Salehah. Kedua istrinya, Hajah Mariam, dan Azrina Mazhar Hakim telah lama diceraikan dan diberi gelar Cik Puan. 





 Kalo masalah bahasa sih insyaAllah saya dijamin dapat berkomunikasi dengan baik. Bahkan driver yang kami sewa mobilnya mengatakan apakah saya orang Malaysia kok bahasa Malaynya lancar sangat. hehehe "taklah uncle, saya nih Indon punya lah" hehehe. Kami berempat menyewa mobil 45$ Brunei selama 3 jam untuk berkeliling Brunei. Karena jelang malam hari, maka uncle pun memilih mengantar kami ke pasar kedai makan yang masih buka hingga jam 8 malam. 




Sepertinya negara Brunei ini sedang berbenah menjadi tujuan wisata. Nah, kenapa naik Royal Brunei ke Dubai itu promonya gede banget..yah karena penumpanganya pasti mampir dulu ke negara ini. Emmm.. tapi sih menurut saya, mestinya destinasi wisatanya dibenahi dulu, minimal ditambah dulu sehingga bukan lagi menjadi tempat mampir tapi sudah menjadi tujuan wisata. Saya mempunya waktu transit selama 4 jam ketika mengunjungi negara ini. First stop yang pertama adalah Istana Nurul Iman. Tapi sayangnya istana ini hanya dibuka untuk anggota kerajaan saja. Untuk turis hanya bisa poto di depan gerbang. Kenapa tidak dibuka untuk umum batas tertentu yang menjadi daya tarik wisatawan untuk berkungjung yah hehehe..

 Ketika sampai di istana ini sudah jelang sore hari. Suasana terasa sangat sepi hehehe,,..entahlah warga negaranya pada kemana yak..ga ada tuh yang jualan di gerobak hahaha..cuma ketemu sama satpam istana yang sedang bertugas dan mau diajak poto hehehe..







Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Visiting Nami Island, South Korea 2018

the Asiatique Riverfront, Bangkok 2017

Soyanggang Sky Walk, Korea 2018